penulis

penulis
Lovely Families

Kamis, 13 Oktober 2016

PESAN LUQMAN UNTUK PUTRANYA

Suara gerungan motor yang memekakkan telinga itu, atau cara mengendara bak pembalap tangguh di sirkuit, apakah lahir dari hati yang ternoda rasa sombong di dalamnya lalu terekspresikan lewat perangai yang tidak disukai pengedara lain? Semoga tidak, dan semoga Allah hindari kita dari rasa sombong, termasuk di jalan raya.
Adalah Luqman, seorang pemberi nasehat yang namanya tertera abadi dalam Al-Quran, telah memberi wejangan kepada putranya untuk menghindari kesombongan di jalanan. Di dalam Al-Qur’an, Allah swt men-share kata-kata Luqman itu:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Lukman: 18).
Pesan Luqman itu kekal dan terus berlaku bagi manusia hingga kehidupan berakhir. Tentang perilaku agar orang lain tidak membenci, mencela, hingga menyumpahi. Berlaku pula bagi kita di zaman ini, termasuk di jalan beraspal.
Yang pertama, Luqman berpesan untuk tidak memalingkan muka dari manusia karena kesombongan. Sebab kadang manusia menilai rasa sombong dari palingan muka seseorang yang bersua di jalanan. “Sombong banget, jangankan negor, senyum aja gak mau. Kalo ketemu langsung noleh.”
Sekalipun pada satpam di kompleks yang setia membukakan pintu gerbang untuk kita, sediakan senyuman dan anggukan kepala untuk mereka di balik kemudi mobil atau motor. Atau kepada petugas penjaga parkir yang berpapasan saat kita di atas kendaraan, mereka berhak atas wajah ceria kita.
Seperti itu yang Rasulullah minta pada umatnya. “Jika engkau bertemu saudaramu, berwajahlah ceria di hadapannya.” (HR Ahmad)
Kemudian Luqman juga meminta anaknya untuk tidak berjalan di muka bumi ini dengan ekspresi kesombongan.
Kesombongan letaknya di dalam hati. Tak bisa manusia menilai selainnya dengan begitu saja. Tapi nasehat Luqman itu adalah renungan buat diri kita sendiri, bukan untuk menuduh orang lain. Adakah kita senang berjalan membawa hati yang pamer dan angkuh?
Tentang kendaraan yang kita pakai, adakah perasaan bangga di hati hingga meremehkan kendaraan lain di jalan? Sehingga jalanan menjadi ajang pamer strata ekonomi. Tentang cara kita berkendara, apakah hati merasa sempit saat kendaraan lain mendahului? Ingin diri menjadi raja di jalanan, tak terkalahkan.
Bukan masalah kendaraan yang bagus yang serta merta menghadirkan kesombongan. Tapi karena hati yang sudah dijangkiti penyakit yang membuat diri sombong. Kendaraan apa pun yang dibawa, kalau hati sudah berpenyakit, akan menjadi sebab kesombongan. Bahkan saat melihat kendaraan orang lain lebih bagus tetap saja rasa sombong hadir. “Ah, paling mobilnya dapet dari warisan. Bukan kerja keras dia sendiri.”
Karena rasa sombong terdefinisikan dari sikap merendahkan orang lain.
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91)

0 komentar:

Posting Komentar