"Kritik ". oleh Michael Yang (FB)
Saya
dulu sering mengkritik orang lain, dengan asumsi menurut saya, saya
sendiri sudah merasa benar dan orang yang saya kritik salah.
Mengapa dulu saya sering mengkritik orang lain?
Karena sy percaya dan banyak orang percaya bahwa kritik itu Membangun.
Itulah mengapa sering kita mendengar orang berkata tidak apa asalkan Kritik Membangun.
Setelah
usia semakin bertambah, dan saya mulai tertarik untuk belajar tentang
buku2 kebijaksanaan, saya terbelalak bahwa sebagian besar buku2 Wisdom
mengatakan bahwa sesungguhnya TIDAK ADA kritik yang MEMBANGUN, semua
kritik itu bersifat menghancurkan, merusak dan menekan perasaan orang
yang dikritiknya.
Sampai
suatu ketika saya membaca buku hasil experimen Masaru Emoto dari
Jepang, yang melakukan uji coba nasi/beras yang kemudian diletakkan di
dalam toples yang berbeda.
Toples
yang pertama setiap hari di berikan kritikan terus dan di tempel kertas
bertulisan kata yang mengkritik, kemudian toples yang kedua diberi
pujian dan motivasi setiap hari.
Dan
hasilnya dalam 2-3 minggu, toples pertama yang diberikan kritikan
setiap hari membusuk kehitaman sedangkan toples kedua dengan isi yang
sama masih berwarna putih bersih tak membusuk.
Penasaran
pada penjelasan di buku ini, akhirnya sy meminta para guru di sekolah
kami utuk melakukan experimen ini bersama para murid di sekolah.
Ternyata benar hasilnya lebih kurang serupa.
Toples
yang setiap hari diberikan keritikan oleh murid-murid, lebih cepat
rusak, hitam dan membusuk. Dan di sekolah kami mengajarkan para siswa
melalui experimen ini agar tidak mengejek, menhujat atau mengkritik
sesama teman, dan melatih mereka untuk bicara baik-baik yang tidak
mengkritik.
Dan sejak itulah saya belajar untuk tidak mekritik orang lain, terutama anak dan istri saya.
Dan
percaya atau tidak hasilnya di luar dugaan, Istri saya jadi jauh lebih
perhatian dan wajahnya lebih berbinar dan anak-anak saya jauh lebih
baik, ganteng, kooperatif dan sayang pada ayahnya.
Apa yang saya ubah dari diri saya sehingga anak dan istri saya berubah?
Saya ganti kalimat sy yang mengkritik istri dan anak saya dengan ucapan terimakasih padanya setiap kali mereka berbuat kebaikan.
Saya
berterimakasih pada istri dan anak saya dan memujinya dan sering kali
sambil memeluknya, saat mereka berhasil berhenti dari kebiasaan yang
kurang baik.
Yuk
mari kita renungkan, malah kalau perlu kita coba melakukan experiment
yang sama bersama anak-anak dirumah atau murid-murid kita di sekolah.
So..... masihkah kita percaya bahwa KRITIK ITU MEMBANGUN ?
Masihkah kita percaya ada KRITIK YANG MEMBANGUN?
Masihkah kita mau mengkritik orang lain, terutama suami, istri dan anak-anak kita..?
Tentu
saja pilihan itu terserah pada diri kita masing-masing karena hidup ini
adalah pilihan bebas berikut konsekuensinya masing-masing.
Tapi
coba rasakan dan ingat-ingat lagi apakah dengan sering mengkritik orang
lain akan membuat orang yang kita kritik menjadi lebih baik, atau malah
sebaliknya balik mengkritik kita...?
Dan
coba lihat apa yang di rasakan di hati kita pada saat kita sedang
dikritik oleh orang lain? Nah perasaan yang sama itulah yang juga akan
dirasakan oleh orang lain yang kita kritik.
Selasa, 01 September 2015
Home »
» masihkah kita percaya bahwa KRITIK ITU MEMBANGUN ? Masihkah kita percaya ada KRITIK YANG MEMBANGUN?
0 komentar:
Posting Komentar